Selasa, 19 Oktober 2010

Penyesalan Di Akhir

Sesaat kejadian itu membuatku teringat akan masa lalu yang seharusnya tak kuingat kembali. Ia datang disaat ku bisa melupakannya. Icha, ya, dia adalah seorang gadis yang pernah mengisi hari-hariku selama dua tahun. Ia adalah seorang gadis berparas cantik dan elok, senyumnya yang mampu mengalihkan duniaku seakan selalu membuat hati ini bergetar jika melihatnya. Kisah cinta kami berawal di bangku SMA. Saat itu, aku duduk di kelas XII SMA, sedangkan ia di kelas X. Memang sangat sulit untuk merebut hatinya. Itu semua beralasan karena ia salah satu gadis paling cantik di sekolahnya. Tak ayal, sangat banyak pria yang menyukainya. Namun, dewi fortuna lebih berpihak padaku mungkin dengan wajahku yang sangat manis ini dan perawakanku yang tinggi besar. Hehehe....

Saat ini hubungan kami sudah tidak lagi terikat. Aku sibuk dengan dunia baruku, yakni kuliah yang sangat seru dengan pelajaran dan kawan-kawan yang sangat gokil. Di tengah perjalanan pulang, aku mendapati sesosok wanita yang sepertinya kukenal. Tak lain tak bukan ia adalah Icha. Setelah lima bulan lose contact aku terhenyak melihat kehadirannya di depanku. Entah rasa rindu atau kesal karena sifatnya yang “menyakitkan” itu. Tapi sejujurnya, hati ini senang bertemu dengannya. Tak jauh dari tempat kami bertemu, ada sebuah cafe dan ia mengajakku untuk mampir sejenak. Banyak hal yang kami bicarakan mulai dari keadaan, kegiatan, hingga hubungan yang telah kandas ini.

Dua bulan telah berlalu, pertemuan di cafe, membuat kami kembali dekat. Aku memang tipe penyayang terhadap wanita. Hal ini karena aku sangat menyanyangi Ibuku. Bagiku wanita adalah mahluk yang patut dimanja. Namun, hal ini disalah artikan oleh Icha. Ia menganggap kedekatan kami dua bulan terakhir ini adalah rasa yang tertinggal dulu.

Sudah dua kali ia mengajakku untuk kembali marajut kasih yang terputus dulu. Namun, pengalaman terdahulu bersamanya membuatku untuk berpikir dua kali tuk mencobanya.

“Maaf Cha, hal ini enggak mungkin lagi. Perasaaan itu udah enggak bisa secare dulu lagi.”ucapku penuh iba.

“Tapi, aku merasa menyesal dengan semua perbuatanku yang selalu berkhianat denganmu” jawab Icha penuh permohonan.

“Kedekatan kita selama dua bulan ini jangan kamu salah artikan. Selama dua bulan aku menyayangimu layaknya seorang sahabat. Sekarang aku sudah memiliki penggantimu. Saat ini ia ada di Mealbourne untuk menyelesaikan kuliahnya.

Aku sangat menyayanginya. Hubungan kami sudah berjalan selama tiga bulan” ungkapku.
Mendengar hal itu Icha bagaikan disambar petir. Ia hanya bisa menelan rasa pahit yang selama ini diperbuatnya. Kegemarannya yang suka “bermain lelaki” kini harus ia rasakan dengan kehilangan sesosok lelaki setia dan penyabar yang pernah mengisi hari-harinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar