Selasa, 28 Februari 2012

Pentingkah Diskriminasi Itu?

Tepat tanggal 1 Desember 2011 kemarin kita merayakan hari HIV AIDS sedunia. Bertahun-tahun lamanya para penderita berjuang hidup dari virus yang dianggap mematikan ini. Rasa minder dalam pergaulan pun menajdi salah satu dampak bagi mereka. Tidak hanya itu, berbagai macam diskriminasi pun sering terjadi bagi si penderita. Salah satu contoh belakangan ini sekolah Don Boscho yang mengeluarkan seorang siswanya hanya dikarenakan menderita AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrom). Setelah diselidiki, ternyata si ibulah yang menularkan penyakit yang menghilangkan kekebalan tubuh ini. Pada dasarnya perlakuan yang diterima si anak merupakan pelanggaran terhadap HAM (Hak Asasi Manusia) yang berhak mendapatkan pendidikan di Sekolah Dasar. Namun, sudahkah kita peduli?

HIV adalah singkatan dari Human Immunodeficiency virus yang dapat menyebabkan AIDS dengan cara menyerang sel darah putih, sehingga perlahan-lahan merusak sistem kekebalan tubuh manusia. Peranan sel darah putih yang sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa sel darah putih, maka ketika diserang penyakit tubuh kita tidak memiliki pelindung. Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia.

Dari sekian banyak para penderita HIV AIDS di Indonesia sangat sedikit yang tidak mengalami diskriminasi. Mereka dianggap sebagai “pembawa bencana yang mematikan” pandangan masyarakat kita adalah jika terkena kontak fisik pada si penderita, maka kita akan tertular virus tersebut. Akan tetapi, mitos tersebut tidak demikian adanya. Penularan HIV AIDS terjadi melalui transfusi darah, terkena darah si penderita ketika ia mengalami luka, seks bebas tanpa menggunakan pengaman, dan ASI ketika seorang ibu harus menyusui bayinya. Jadi, ketika kita bersalaman dengan si penderita bukan berarti kita dapat tertular.

Oleh karena itu, tidak sepantasnya jika perlakuan diskriminasi pada lingkungan terjadi bagi mereka. Hal utama yang sangat diperlukan adalah dukungan dan motivasi untuk tetap berjuang melawan virus ini. Rasa cinta dari sekelilingnya membuat mereka tetap optimis dalam menjalani hidupnya bahwa mereka sangat berharga! Sudahkah kita peduli?

Senin, 06 Februari 2012

Harapan

aku benci ketidak pastian..
harapan itu kadang datang, namun cepat pula berlalu.
aku kecewa dengan mereka.
terlalu banyak mengobral "janji"
apa sebenarnya yang Kau inginkan dalam hidupku Tuhan?

aku terlalu sederhana untuk mengikuti semua lika-liku ini.
aku tidak sanggup sendiri.
ketika semua orang tertawa melihat kebodohanku.
aku hanya diam dan mencoba tegar, bahwa kakiku harus tetap melangkah.

ketika aku menyayangi seseorang,,seketika itu juga aku kecewa..
ketika rasa ini tulus untuk memberi,,seketika itu juga aku kecewa..
ketika aku ingin memaafkan orang lain,,seketika itu juga aku kecewa..
terlalu absurd yang muncul selama ini.

tapi,,satu hal yang membuatku "bertahan" hingga saat ini adalah aku bermimpi, kelak aku dapat menjadi "berkat" bagi banyak orang.
entah itu besok, lusa, bulan depan, tahun depan, atau kapan pun waktu yang telah Engkau tentukan.

dear love

meri

Buntu

Rasanya sulit sudah kuikuti kata hatiku.
Semua yang kuingini harus bentrok dengan keinganan kedua orang tuaku.
berdebat sedikit "seribu" hal membebani pikiranku.
kesepian yang kukenal saat ini.
ingin rasanya aku "kabur" dan "pulang" membawa bukti.
Aku bukan anak kecil yang terus menurut dengan hal yang tidak kusuka!

aku punya "mimpi"
aku punya "harapan"
aku punya "visi" dalam hidupku
harus bangkit melawan "ketidak tegaan" ini.

huh..itulah kedua orang tuaku yang terlalu kolot terhadap pemikirannya.
awas ini,,awas itu,,,bukannya dukungan malah selalu mengikuti kemauan mereka!
mau sampai kapan?

dear love, Meri