Selasa, 13 April 2010

Rokok, Racun yang Mematikan

Hingga saat ini, semakin berkembangnya penduduk dunia semakin bertambah pula produk pemasaran. Salah satunya produk rokok yang semakin meningkat saja, di kancah internasional. Khususnya di Indonesia konsumen rokok menduduki peringkat ke tiga di dunia. Dari data di Indonesia, sebagian besar perokokberasal dari kalangan penduduk miskin. Secara tidak disadari, keluarga miskin meningkatkan alokasi anggaran rokok yang mengakibatkan anggaran untuk makanan pokok harus dikurangi.

Dari dulu, hingga sekarang yang namanya merokok selalu membawa penyakit, khususnya anggota tubuh yang paling vital seperti, jantung dan paru-paru. Tidak hanya itu, hinggga saat ini diketahui bahwa racun rokok dapat menurunkan IQ (Intelegence Question). Berdasarkan penelitian, merokok satu bungkus per hari atau lebih, dapat menurunkan IQ tujuh setengah poin lebih rendah daripada non-perokok. Para remaja yang merokok secara teratur cenderung memiliki tingkat kecerdasan lebih rendah mencolok daripada yang bukan perokok. Menurut studi, lebih dari 20.000 orang dewasa yang melakukan perawatan di Medical Center di Tel Hashomer Rumah Sakit di Israel.

Hasilnya, perokok yang berusia 18-21 tahun ditemukan memiliki IQ 94, sedangkan non-perokok pada usia yang sama rata-rata 101. Mereka yang merokok lebih dari satu bungkus sehari memiliki IQ sangat rendah sekitar 90. Kecerdasan rata-rata nilai IQ berkisar 84-116 poin. Tak hanya perokok yang memiliki IQ lebih rendah dari mereka yang tidak merokok. Namun, perokok pasif yang tinggal bersama di lingkungan para perokok juga akan terkena imbas sama. Meskipun bukan perokok, namun tinggal bersama di lingkungan berasap rokok juga bisa memiliki IQ yang lebih rendah dari mereka yang tinggal di lingkungan tanpa asap rokok.

Apabila kita lihat berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan rokok hanya dapat menyebabkan kerugian individu. Meski, ia dapat memberikan devisa secara tidak langsung terhadap Negara. Akan tetapi, kerugian hanya menjadi petaka oleh tiap individu. Oleh karena itu, sedari dini kita harus mengetahui dampa-dampak secara tidak langsung oleh kondisi tubuh kita. Jangan hanya nikmat di mulut seketika, dan tidak bertahan lama di dalam tubuh. Apabila, hal sekecil ini sudah dapat dihindari oleh para remaja, maka bangsa yang cerdas pun menjadi harapan di masa depan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar